24 Februari 2013

BEBERAPA PAHLAWAN YANG TIDAK (MENOLAK) DIMAKAMKAN DI TAMAN MAKAM PAHLAWAN

Taman Makam Pahlawan (TMP) adalah kawasan pemakaman yang diperuntukkan bagi orang-orang tertentu yang dianggap berjasa bagi negaranya berdasarkan ketentuan (aturan) yang berlaku. Biasanya mereka adalah orang-orang yang karena prestasi atau tindakannya di masa lalu yang memberikan kontribusi besar terhadap keberlangsungan NKRI. Atas jasa-jasanya itulah kemudian diberikan rumah peristirahatan terakhir yang dipisahkan dari tempat pemakaman umum (TPU) sebagai bentuk penghormatan dari negara. Tetapi terdapat beberapa nama di antara tokoh dan pahlawan yang tidak menghendaki peristirahatan terakhirnya di TMP, melainkan justru di TPU. Siapakah mereka?

Ketentuan Tentang TMP
Ketentuan tentang siapa yang diperbolehkan untuk dimakamkan di TMP sebenarnya masih rancu. Pada awalnya, TMP diperuntukkan bagi para pejuang republik atau mereka yang gugur karena pertempuran langsung di sepanjang perang atau konfrontasi kemerdekaan mempertahankan NKRI. Persyaratannya mengacu pada kategori medali, seperti medali Gerilya, Medali Gerakan Operasi Militer (GOM), medali operasi-operasi khusus lainnya yang bertujuan menegakkan NKRI. Setidaknya persyaratan-persyaratan tersebut mengacu pada keterlibatannya dalam pertempuran langsung. Dalam perkembangannya, TMP ternyata membuka lahan kepada mereka para veteran perang yang dulunya pernah terlibat ke dalam pertempuran langsung. Ketentuan atau aturannya pun menjadi semakin rancu, setelah sejumlah petinggi militer yang belum pernah terlibat pertempuran langsung dimakamkan di TMP. Tidak hanya itu, TMP pun akihrnya membuka lahan bagi tokoh-tokoh dari kalangan sipil.

Lain ceritanya dengan TMP di Amerika Serikat. Mereka memiliki ketentuan yang khusus untuk memakamkan pahlawannya sesuai dengan kategori. TMP untuk perang saudara dan TMP Perang Dunia II. TMP PD II itu pun masih dipisahkan lagi berdasarkan kategori teater (Pasifik dan Eropa) dan kategori peristiwa tertentu. Misalnya TMP untuk Peristiwa Iwo Jima, TMP Pendaratan Normandia, dan lain-lain. Mereka yang pernah terlibat di dalam pertempuran tersebut atau veteran perang, tetapi selamat dan baru meninggal sesudahnya tidak berhak dimakamkan di TMP tersebut. Pahlawan perang seperti Nimitz itu pun tidak dimakamkan di TMP PD II, karena yang bersangkutan selamat dan baru meninggal setelah PD II usai.

Di Indonesia, ternyata terdapat beberapa tokoh pejuang ataupun pahlawan yang tidak menghendaki dirinya dimakamkan di TMP. Mereka memiliki alasan atau pertimbangan sendiri, sehingga lebih memilih untuk bergabung di tempat peristirahatan terakhir warga sipil (TPU). Siapakah mereka?

Soerjadi Soerjadarma
Saya akan mulai dari tokoh TNI-AU, yaitu Bpk Soerjadi Soerjadarma. Beliau adalah perintis terbentuknya TNI-AU dan sekaligus dinobatkan sebagai Bapak TNI-AU dan bapak kedirgantaraan. Orang Indonesia pertama yang berhasil dididik di sekolah penerbang militer Belanda yang kemudian membantu pejuang republik menumpas Jepang. Atas reputasinya tersebut, Presiden Soekarno mengangkatnya menjadi Panglima Angkatan Udara (Kastaf AU) dan sekaligus menjadi Kepala Staf TNI-AU yang pertama. Soerjadarma berjasa besar pula dalam dunia kedirgantaraan, karena telah merintis terbentuknya industri dirgantara yang nantinya menjadi cikal bakal IPTN (PT Dirgantara Indonesia) dan terbentuknya maskapai penerbangan pertama. Soerjadarma pula yang menjadi kunci keberhasilan penguasaan udara selama masa Agresi Militer I dan II. Sudah selayaknya beliau adalah pahlawan di masa itu dan di masa sekarang. Bukan semata pahlawan bagi TNI-AU, melainkan pahlawan bagi bangsa Indonesia.


Sumber: Wikipedia

Soerjadarma meninggal pada tanggal 16 Agustus 1975 atau sehari sebelum peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Sebelumnya, Soerjadarma berpesan ke pihak keluarga agar nanti dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU), tepatnya di TPU Karet, Jakarta. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai alasan mendiang untuk dimakamkan di tempat pemakaman sipil.

Bung Tomo (Soetomo)
Sebelum peristiwa besar di Surabaya, nama Soetomo atau Bung Tomo tidak banyak dikenal di masa itu. Aktivitasnya tidak lain hanya seorang jurnalis, seperti halnya jurnalis media yang beredar di masa sebelum kemerdekaan. Tidak bisa menamatkan pendidikan di MULO, Soetomo masih bersemangat menyelesaikan pendidikannya melalui korespondensi di HBS. Nama Soetomo barulah dikenal oleh publik Surabaya, ketika mengumandangkan pidato untuk menaikkan semangat rakyat Surabaya menghadapi Inggris yang dibonceng oleh NICA. Bukanlah sesuatu yang mudah di masa itu untuk bisa membangkitkan semangat juang. Butuh momentum yang tepat, serta butuh keberanian untuk menyampaikan pesan-pesan kemerdekaan. Keberadaan tentara republik tidak mungkin bisa diharapkan menghadapi kekuatan terbesar Sekutu di Asia yang dipimpin oleh Inggris. Itu sebabnya, atas inisiatifnya sendiri, Bung Tomo kemudian mengumandangkan pidato yang direlai melalui radio ke seluruh rakyat Surabaya. Inggris sendiri mengakui takluk di Surabaya yang tidak lain takluk terhadap persatuan dari rakyat Surabaya menghadapi pertempuran yang sangat melelahkan.


Sumber: Wikipedia

Soetomo yang dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1920 di Surabaya belum pula diberikan anugerah bintang kepahlawanan di masa Soekarno maupun Soeharto. Di masa Soekarno, ada ketentuan yang mengatur pemberian anugerah tanda jasa di mana Bung Tomo tidak termasuk ke dalam kategori tersebut. Begitu pula aturan yang berlaku di masa Soeharto. Pemberian gelar kepahlawanan hanya bisa dilakukan apabila yang bersangkutan sudah meninggal. Bung Tomo wafat di Padang Arafah (Arab Saudi) pada tanggal 7 Oktober 1981.

Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (RS Soekanto)
Tokoh yang satu ini berasal dari kalangan Kepolisian RI yang sekaligus dikenal sebagai Bapak Kepolisian RI. Terlahir dengan nama Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo pada 7 Juni 1908 di Bogor. Kiprahnya dimulai ketika menjabat sebagai Komisaris Polisi di masa pemerintahan Belanda dan Jepang. Di masa Jepang, dimasukkan ke Sekolah Polisi Jawa Keiatsu di Sukabumi sebagai instruktur, karena pengalamannya semasa sebelum kedatangan Jepang. Di masa masih diperintah oleh Hindia Belanda, Soekanto pun pernah menempati posisi penting di Kepolisian Belanda, hingga memiliki anak buah bule dari Belanda. Setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, Soekanto langsung bereaksi mengajak anak didiknya untuk menurunkan benderan Jepang di Sekolah Kepolisian Sukabumi. Atas loyalitasnya terhadap Republik, Soekarno memberikan kepercayaan dengan mengangkatnya sebagai Kepala Polisi Nasional. Kiprah Soekanto di masa pemerintaha Republik bukan semata menjalankan tugas kepolisian, melainkan turut pula berpartisipasi membantu tentara Republik. Mulai dari sinilah, Soekanto membangun organisasi kepolisian dan sekaligus dipercaya Soekarno menjadi Kepala Kepolisian RI Pertama. Soekanto mungkin bisa disejajarkan dengan nama Soerjadarma atas jasa-jasanya yang cukup besar menjadi pilar terbentuknya NKRI.


Sumber: Wikipedia

Setelah pengunduran dirinya pada tanggal 14 Desember 1959, Soekanto kembali ke kehidupan masyarakat yang sederhana. Siapapun di masa itu mengakuti, Soekanto adalah sosok perwira polisi yang jujur dan sederhana. Rumah terakhirnya yang ditempati sebelum berpulang ke Rahmatullah itupun merupakan rumah kontrakan yang terbilang jauh dari kemewahan seperti kebanyakan perwira polisi sekarang ini. Banyak yang mengakui, Soekanto adalah sosok polisi yang langka, karena kejujurannya. Beliau memiliki Bintang Mahaputera Adiprana (Kelas II) yang berarti beliau telah disejajarkan kedudukannya dengan pahlawan yang mendahuluinya. RS Soekanto layak untuk dimakamkan di TMP yang sedianya direncanakan di TMP Kalibata. Tetapi surat wasiat yang dititipkan melalui keluarganya berisikan keinginannya untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU). Hal ini dikarenakan pula keinginan beliau untuk bisa dimakamkan berdampingan dengan makam istrinya.

Sarwo Edhie Wibowo
Sarwo Edhie akan selalu identik dengan nama kesatuan khusus TNI-AD, yaitu Komanda Pasukan Khusus (Kopassus). Dulunya bernama Resimen Pasukan Khusus Angkatan Darat (RPKAD) di mana beliau pernah menempati posisi sebagai komandan RPKAD dengan pangkat Letnan Kolonel. Kiprah dan jasa-jasa Sarwo Edhie sesungguhnya bukan pada penumpasan G-30 S/PKI, melainkan pada operasi intelijen dalam rangka menjelang jajak pendapat untuk merebut kembali Irian Barat ke pangkuan ibu pertiwi. Melalui operasi intelijen tersebut, Indonesia berhasil mempengaruhi dan mendekati tokoh-tokoh Irian Barat untuk mau bergabung dengan NKRI.


Sumber: Pemkab Purworejo Web

Tentu saja kiprahnya dalam berbagai pertempuran langsung sepanjang masa kemerdekaan itu pun diberikan dan diakui oleh negara. Salah satu yang cukup menonjol dari kehidupan beliau adalah kesederhanaannya. Sekalipun dikenal sebagai tokoh penting di angkatan bersenjata, sekaligus pernah menempati posisi sebagai pejabat publik, tetapi tidaklah mengubah kesederhanaan gaya hidup Sarwo Edhie. Rumah terakhir yang ditempati adalah rumah dinas di Cijantung. Sebelum meninggal, Sarwo Edhie sempat berpesan agar nanti dimakamkan di tempat pemakaman keluarganya di Purworejo. Sarwo Edhie termasuk ke dalam salah satu tokoh yang turut menandatangani Petisi 50.

Hoegeng Imam Santoso
Dulu mendiang Gus Dur pernah berceloteh, cuma ada dua polisi jujur di republik ini, yaitu Polisi Hoegeng dan Polisi Tidur. Jasa Hoegeng yang paling besar bagi republik ini adalah melakukan perombakan struktur kepolisian RI yang semula terkesan militer menjadi terkesan lebih sipil. Hal ini tidak lain mencoba cara lain untuk menindaklanjuti pemikiran RS Soekanto yang menghendaki agar Polri dipisahkan dari ABRI (sekarang disebut TNI). Perombakan struktur tersebut disetujui oleh Presiden Soeharto melalui Keppres No 52 Tahun 1969.


Sumber: Wikipedia

Satya Lencana Sapta Marga, Satya Lenca GOM, dan lain-lain. Menurut ketentuan yang berlaku, Hoegeng telah layak untuk dimakamkan di TMP yang sedianya sudah direncanakan di TMP Kalibata. Tetapi kepada pihak keluarga, Hoegeng berpesan dan meminta agar dimakamkan di tempat pemakaman biasa. Hoegeng Imam Santoso meninggal pada tangga 14 Juli 2004. Jenazahnya dimakamkan di TPU Giritama, Bogor.

Ali Sadikin
Tokoh yang satu ini nampaknya lebih dikenal sebagai sosok Gubernur DKI Jakarta, ketimbang reputasinya semasa di TNI-AL. Ali Sadikin adalah seorang KKO (Korps Komando Angkatan Laut) dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Terlahir di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 7 Juli 1927. Semasa di KKO, Ali Sadikin sempat terlibat ke dalam sejumlah operasi penting dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI. Salah satu di antaranya adalah Operasi Pembebasan Irian Barat atau dikenal Operasi Dwikora. Reputasi kepemimpinannya yang kemudian membuat decak kagum Presiden Soekarno yang ketika itu menempatkannya pada posisi Kementrian Kabinet. Tidak lama kemudian, atas inisiatif Soekarno pula kemudian menunjuk Letjen KKO Ali Sadikin untuk menempati posisi baru, yaitu Gubernur DKI Jakarta. Ali Sadikin sangatlah berbeda dengan gubernur-gubernur DKI Jakarta sebelumnya dan masa sesudahnya. Gebrakan Ali Sadikin adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan, bahkan oleh Soekarno sendiri. Gubernur yang cukup kontroversial, karena menciptakan kebijakan di luar kebiasaan. Misalnya saja terbentuknya LBH (Lembaga Bantuan Hukum) yang tugasnya justru untuk mengontrol kinerja Pemprov DKI Jakarta. Sepeninggal masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin masuk ke haluan yang berlawanan dengan pemerintahan rezim Soeharto dengan turut bergabung menandatangani Petisi 50.


Sumber: Kabuyutan Web

Dengan melihat reputasi dan tanda jasa, serta kiprahnya selama di KKO, rasanya cukup pantas bagi Ali Sadikin untuk dimakamkan di TMP. Tetapi kepada keluarganya, Ali Sadikin menghendaki agar bisa dimakamkan satu liang bersama istrinya yang telah mendahului beliau. Beliau menolak adanya sejumlah tawaran agar dimakamkan di TMP Kalibata seperti petinggi-petinggi KKO lainnya. Adapun makam Ali Sadikin berada di TPU di Tanah Kusir, Jakarta.

Mohammad Hatta (Bung Hatta)
Nama Bung Hatta tidak akan senantiasa terkait dengan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta selalu terkait pula dengan nama besar Soekarno. Bung Hatta tidak lain adalah sahabat Soekarno yang pernah turut membesarkan NKRI, termasuk turut pula mempertahankan NKRI. Beliau bukanlah pejuang yang turut bertempur langsung di lapangan. Tetapi sumbangsih Bung Hatta terhadap model perekonomian Indonesia cukup besar dengan menempatkan pilir-pilar perekonomian kerakyatan. Bung Hatta pula kemudian turut dikenal sebagai tokoh Proklamator Kemerdekaan RI bersama Soekarno. Beliau pula termasuk ke dalam barisan tokoh-tokoh nasional yang menjadi bapak pendiri bangsa (founding fathers).

Sumber: Wikipedia

Sudah selayaknya bagi tokoh seperti beliau untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan bersama para pejuang kemerdekaan lainnya. Tetapi Bung Hatta lebih menghendaki dan menginginkan agar dimakamkan di kuburan rakyat biasa. Disebutkan dalam buku, “Bung Hatta Menjawab” (Z Yasni), “Saya adalah rakyat biasa”. Ada sedikit cerita tentang alasan keengganan tersebut berdasarkan pengungkapan fakta sejarah oleh Anhar Gonggong dalam bukunya “Mengikuti Cara Baik Bung Hatta” (2002). Hatta pernah melakukan audit korupsi yang dilakukan oleh Muhammad Taher (mantan asisten Dirut Pertamina) yang dikabarkan kabur ke Singapura. Tetapi alangkah terkejut, ketika Taher meninggal, jenazahnya dibawa pulang ke Indonesia, lalu dimakamkan di TMP Kalibata.

Kaharoedin Datuk Rangkayo Basa
Satu lagi kisah nyata dari tokoh Bhayangkari yang patut untuk menjadi teladan setelah nama-nama RS Soekanto dan Hoegeng. Dia adalah Kaharoedin Datuk Rangkayo Basa yang dilahirkan pada tanggal 17 Januari 1906 di Sumatera Barat. Penulis agaknya cukup kagum dengan keteguhan hati dan komitmen pada polisi ini yang tetap setiap terhadap NKRI. Beliau adalah Kepala Kepolisian pertama di Sumatera Barat yang dilantik melalui Keppres No 363/M/1958 pada tanggal 17 Mei 1958. Bisa dibayangkan, beliau harus memimpin di suatu daerah yang saat itu tengah mengalami pergolakan politik yang hendak memisahkan diri dari NKRI. Tetapi keteguhan hati Kaharoedin membuatnya tidak bergeming untuk tetap setiap kepada Republik dan NKRI. Tekanan demi tekanan dari kubu PRRI Sumatera Barat tidak pula membuatnya mundur untuk tetap bertahan di barisan perlawanan untuk menegakkan kedaulatan NKRI. Nama Kaharoedin sendiri jarang sekali disinggung, terutama loyalitasnya terhadap NKRI di masa PRRI. Sebenarnya masih cukup banyak sekali sumbangan dan jasa-jasa yang diberikan oleh putera Minang ini, tetapi penulis lebih menggarisbawahi loyalitas individu dan komitmennya.

Sumber: Wikipedia

Seperti halnya dengant tokoh-tokoh Bhayangkari lainnya, Kaharoeddin adalah sosok polisi yang jujur. Kesederhanaan dalam hidupnya itulah yang menandakan betapa dirinya lebih mengutamakan tugas, ketimbang kepentingan dirinya sendiri. Tidak sedikit cerita-cerita yang mengisahkan pergulatan Kaharoeddin untuk menegakkan kejujuran. Kediaman terakhirnya itu pun sangat sederhana dengan hanya memiliki satu buah mobil pribadi Chevy 1950 yang tidak lain adalah mobil bekas. Brigadir Jenderal Polisi Kaharoeddin adalah Gubernur Pertama Sumatera Barat dan sekaligus menjadi salah satu tokoh sentral di kalangan masyarakat setempat. Beliau dengan tegas menolak untuk dimakamkan di TMP, serta lebih memilih untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum di tengah rakyat biasa di Sumatera Barat.

Penutup
Masih banyak lagi nama-nama tokoh dan sosok besar yang dikenal di negeri ini menolak untuk dimakamkan di tempat pemakaman pahlawan (TMP). Dengan berbagai pertimbangan dan alasan, serta keinginannya. Masih banyak pula pejuang-pejuang veteran yang pernah terlibat langsung dalam pertempuran yang dimakamkan di TPU atau tempat pemakaman sipil. Bukanlah soal di mana rumah peristirahatan terakhir bagi mereka, tetapi jasa dan pengabdian yang telah mereka lakukan di masa lalu. Satu tujuan penulis menyampaikan ke dalam posting ini, agar kita semua bangsa Indonesia tidak pernah sesekali untuk melupakan sejarah.

4 comments:

Unknown mengatakan...

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan para pahlawannya.

Rangga wardhana mengatakan...

Dan ternyata bangsa indonesia termasuk bangsa yang telah berdosa terhadap para leluhur nya.

Admin mengatakan...

==> " SUKSES MENJADI KAYA DARI MMM " <==
(1.) Daftar jadi peserta.
(2.) Silahkan Memberi bantuan.
(3.) Setelah 30 hari kemudian, Meminta Bantuan 130% dari bantuan
(4.) Setelah sukses, Ulangi dari No 1 dan seterusnya setiap bulan....


Prinsip dasar MMM "hari ini kita membantu orang lain, Bulan depan kita akan dibantu oleh orang lain"
MMM hanya mengajarkan orang untuk berbuat kebaikan,
MMM bukan tempat untuk memperoleh kekayaan.
MMM bukan MLM
MMM bukan investasi
MMM tidak jual produk
MMM bukan arisan berantai
MMM bukan money game.

Jika anda:
★Membantu (Povide Help) 100rb, maka bulan depan anda dibantu 130.000
★Membantu (Povide Help) 500rb, maka bulan depan Anda dibantu 650.000
★Membantu (Povide Help) 1 juta, maka bulan depan anda dibantu 1,300,000
★Membantu (Povide Help) 2 juta, maka bulan depan anda dibantu 2,600,000
★Membantu (Povide Help) 3 juta, maka bulan depan anda dibantu 3,900,000
★Membantu (Povide Help) 4 juta, maka bulan depan anda dibantu 5,200,000
★Membantu (Povide Help) 5 juta, maka bulan depan anda dibantu 6,500,000
★Membantu (Povide Help) 6 juta, maka bulan depan anda dibantu 7,800,000
★Membantu (Povide Help) 7 juta, maka bulan depan anda dibantu 9,100,000
★Membantu (Povide Help) 8 juta, maka bulan depan anda dibantu 10,400,000
★Membantu (Povide Help) 9 juta, maka bulan depan anda dibantu 11,700,000
★Membantu (Povide Help) 10 juta, maka bulan depan anda dibantu 13,000,000

Yang perlu di ketahui MMM itu praktek nyata THE POWER OF GIVING, kekuatan kebersamaan, kekuatan persaudaraan...
UNTUK PENDAFTARAN SILAHKAN LengkapNya
di http://www.kaltara-mmm.blogspot.com

Terima kasih

Anonim mengatakan...

Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

Lebih dan kurang saya mohon maaf.

Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

Aamiin

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.

ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.

Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

“Allaahummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).

Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.

Ya Allaah, percepatlah kebangkitan INDONESIA. Pulihkanlah kejayaan INDONESIA, Lindungilah INDONESIA dari bencana.

Ya Allaah, jadikanlah INDONESIA baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.

Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.

Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.

Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.

Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.

——(doa khusus untuk SELURUH RAKYAT INDONESIA YANG MENJADI KORBAN IMPERIALIS / KOLONIALIS 1511 – 1962 , semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka).

ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM

———————

Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim.

Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.

HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.


Indra Ganie – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten


Posting Komentar