12 Januari 2009

SPEKULASI POLITIK SBY TURUNKAN HARGA BBM

Akhirnya pemerintah goyah juga dengan tekanan politik yang selanjutnya memaksa SBY mengambil keputusan untuk menurunkan harga BBM. Keputusan ini disampaikan sendiri oleh SBY seusai rapat kabinet terbatas hari ini tanggal 12 Januari 2009 (Okezone.com, 12 Januari 2009). Penyampaian keputusan pemerintah dilakukan sendiri oleh SBY bersamaan dengan penyampaian 7 prioritas di bidang ekonomi untuk mengurangi dampak krisis ekonomi global. Keputusan untuk menurunkan harga BBM sesungguhnya bisa disampaikan oleh menteri yang bersangkutan, yaitu Menteri ESDM. Seperti ketika pemerintah menaikkan harga BBM pada tanggal 23 Mei 2008 yang disampaikan sendiri oleh Menteri ESDM (Kompas, 23 Mei 2008). Nampaknya cukup terlihat apabila SBY berusaha untuk mendapatkan peluang berupa keuntungan secara politis dari situasi turunnya harga BBM.

Harga premium turun dari Rp 5.000/liter menjadi Rp 4.500/liter (turun 25%), untuk solar turun dari Rp 4.800/liter menjadi Rp 4.500/liter (turun 18,2%), sedangkan untuk harga minyak tanah tetap Rp 2.500/liter.Harga semula sebelum bulan Desember 2008, untuk premium Rp 6.000/liter, solar Rp 5.500/liter, dan minyak tanah Rp 2.500/liter. Jika pada pengumuman kedua turunnya harga BBM, harga minyak internasional pedoman pemerintah berada pada level di bawah 40 USD/barrel, maka sekarang ini harga minyak internasional justru di atas 40 USD/barrel. Sementara itu, di pasar bursa dalam negeri, Indeks IHSG justru mengalami penurunan mengikuti melemahnya nilai tukar Rupiah (Okezone.com, 12 Januari 2009). Untuk tarif angkutan sendiri, pihak pemerintah baru akan menurunkan melalui Departemen Perhubungan per 15 Januari 2009 sebesar 10% untuk angkutan yang berada dalam regulasi pemerintah.

Pemerintah sendiri sesungguhnya tidak terlalu yakin apabila penurunan harga BBM akan mampu mengendalikan harga-harga umum (Kompas, 12 Januari 2009).Diharapkan.Turun.0.53.Persen. Melihat data terakhir inflasi bulan Desember 2008 lalu sebesar 11,06%, maka diharapkan paska penurunan harga BBM, angka inflasi dapat diredam turun sekitar 6%. Apakah harapan tersebut realistis? Pemerintah lupa jika fenomena inflasi di Indonesia lebih banyak didominasi oleh sisi permintaan (demand side inflation). Jika kebijakan stimulus fiskal mampu bekerja efektif, maka sisi permintaan akan terlebih dahulu menyesuaikan. Ini berarti apabila permintaan terdongkrak, maka sedikit sekali kemungkinan inflasi dapat diturunkan seperti yang diharapkan pemerintah.

Satu catatan yang perlu mendapatkan perhatian adalah tanggung jawab pemerintah. Hingga pengumuman terakhir penurunan harga BBM, pemerintah belum menjelaskan selisih di antara harga premium maupun solar. Tentunya pemerintah untuk sekian waktu mendapatkan keuntungan finansial dari perbedaan harga tersebut. Jika kali ini SBY selaku Presiden RI menurunkan harga BBM, sesungguhnya adalah suatu kewajiban sebagaimana halnya ketika SBY menaikkan harga BBM. Setelah sebelumnya kebijakan Stimulus Fiskal tidak mendapatkan respon positif dari masyarakat maupun kalangan pengusaha, kali ini SBY mencoba untuk memaksakan peluang politik turunnya harga BBM. SBY sesungguhnya tidak perlu menurunkan harga BBM, akan tetapi langsung menggerakkan pemberdayaan sektor riil dengan memberikan kesempatan modal seluas-luasnya kepada masyarakat. Program seperti pemberdayaan modal di sektor riil memang sulit untuk mendongkrak popularitas mengingat semakin dekatnya jadwal Pemilu 2009.

2 comments:

EDI SUSILO mengatakan...

luar biasa artikel anda bung, baca juga artikel mengekor mekanisme pasar internasional di www.cerdaspos.blogspot.com

Anonim mengatakan...

trims mas, sama2 jg.

Posting Komentar