26 Maret 2012

FOTO DEMONSTRASI SOLIDARITAS PEKERJA MIGRAN DI HONGKONG MENENTANG KENAIKAN HARGA BBM

Dalam lawatannya ke luar negeri sejak beberapa hari lalu, kemarin tanggal 24 Maret 2012, Presiden RI dan rombongan telah tiba di Hongkong. Kedatangan Presiden Esbeye nampaknya tidak mendaptkan sambutan positif bagi warga Indonesia yang bekerja di Hongkong. Pihak kepresidenan mengeluarkan larangan bagi wartawan ataupun media untuk meliput laporan aksi tersebut di tanah air. Tidak mengherankan apabila pemberitaannya tidak sampai ke Indonesia. Berikut ini disajikan beberapa foto liputan aksi demo solidaritas menentang liberalisasi energi dan perbaikan nasib tenaga kerja di Hongkong.

Terkait dengan semakin memanasnya aksi unjuk rasa menolak kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, Presiden Esbeye memulai lawatannya ke luar negeri selama seminggu lebih. Negara pertama y ang akan disinggahi adalah China dalam rangka menerima gelar doktor honoris causa (HC) dari salah satu perguruan tinggi di China. Setelah beberapa hari di China, Presiden Esbeye dan rombongan akan bertolak ke Hongkong untuk menemui perwakilan Buruh Migran Indonesia (BMI). Mereka yang turut ke dalam rombongan kepresidenan adalah pejabat tinggi negara, perwakilan mahasiswa, dan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia).

Tidak ada sesuatu yang begitu krusial menjadi alasan untuk melakukan lawatan ke luar negeri. Anugerah gelar doktor kehormatan (HC) sebenarnya dapat diwakilkan. Universitas Indonesia (UI) bahkan yang mengirimkan sendiri penganugerahan gelar doktor (HC) untuk raja Arab Saudi. Kesepakatan investasi ataupun kerjasama regional sesungguhnya dapat direkomendasikan ke pihak menteri yang terkait. Lagipula, sejak pertemuan AC-FTA di Singapura beberapa di tahun lalu telah tercapai kesepahaman antara pihak Indonesia dan China. Dengan demikian, kunjungan kenegaraan kali ini hanyalah sebagai upaya untuk menghindari dari aksi demo menentang kebijakan pemerintah, termasuk pula menghindar dari Indra yang datang ke Jakarta dengan berjalan kaki dari Malang (Jawa Timur).

Sayangnya, sekalipun mencoba menghindar, Presiden Esbeye kurang memperhitungkan citranya di luar negeri. Keresahan pekerja migran di Hongkong sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, akibat kebijakan penempatan TKI di luar negeri. Kira-kira sebulan yang lalu, Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan regulasi baru, terkait biaya penempatan yang dinaikkan nominalnya. Menurut pekerja migran di Hongkong, kebijakan tersebut dirasakan sangat memberatkan, termasuk pungutan ongkos penempatan yang dinilai menguras pendapatan para pekerja migran. Mereka pekerja migran yang tinggal di Hongkong masih cukup terbantu oleh sikap saling mengerti dari para majikan mereka. Keberatan atas kenaikan ongkos penempatan tersebut nampaknya tidak digubris oleh pemerintah. Dengan kata lain, tidak ada pembaharuan seperti yang telah dijanjikan oleh pemerintah sendiri. Tidak mengherankan, apabila timbul solidaritas aksi demo para pekerja migran di Hongkong untuk mendukung aksi menolak kebijakan liberalisasi energi di Indonesia.


Persiapan aksi yang dilakukan di depan Konjen RI (KJRI) di Hongkong.


Pesan aksi demonstrasi yang menunjukkan solidaritas terhadap aksi menolak kenaikan harga BBM di dalam negeri, ditambahkan dengan tuntutan untuk perbaikan penempatan pekerja migran di luar negeri.


Foto pekerja migran di Hongkong yang memadati aksi demonstrasi.


Dua orang petugas polisi Hongkong sedang sibuk memberikan police line. Jalannya aksi cukup tertib, terlihat kerjasama yang kooperatif antara demonstran dan aparat setempat menunjukkan sikap saling pengertian di antara keduanya.


Foto demonstran yang memadati puncak demo menolak kedatangan Presiden Esbeye di Hongkong. Pada hari minggu 25 Maret 2012 dijadwalkan akan bertemu kelompok buruh migran Indonesia (BMI). Tetapi menurut penuturan peserta aksi tidak diketahui siapa kelompok BMI yang dimaksudkan ditemui oleh presiden.


Pekerja migran yang begitu tertib di hari kedua kedatangan Presiden Esbeye di Hongkong. Tidak terlihat petugas keamanan atau kepolisian Hongkong seperti hari Sabtu kemarin.


Hari pertama kedatangan Presiden Esbeye di Hongkong langsung disabut aksi demonstrasi oleh sebanyak 50 orang pekerja migran. Terlihat aparat kepolisian yang berjaga dikabarkan sebanyak 400 personil. Jumlah ini lebih banyak, karena permintaan Esbeye kepada otoritas setempat akibat ancaman atas nyawanya. Sedianya hanya disediakan sebanyak 200 personil kepolisian.


Foto demonstran di depan Hotel Shangrila tempat rombongan presiden menginap. Terlihat mereka membentangkan spanduk yang diarahkan ke hotel tersebut. Foto ini diambil di hari kedua kedatangan presiden.


Foto demonstrasi di hari pertama kedatangan Presiden Esbeye di Hongkong. Aksi sedikit diawasi dan dijaga ketat akibat permintaan Presiden Esbeye atas keselamatan nywanya. Padahal mereka para pekerja migran hanya ingin agar presiden memperhatikan keresahan mereka di negeri orang.


Aksi SOLIDARITAS bersama Seluruh Buruh Migrant di HK(Filipina, Nepal, Srilangka,Thailand, Indonesia) dan Buruh Lokal HK "MELAWAN REZIM ANTI RAKYAT DAN ANTI BURUH MIGRAN"... demikian pesan yang dituliskan oleh pelaksana aksi damai di Hongkong.


Tampak foto demonstran di depan Hotel Shangrila.

Penutup
Para pekerja migran di Hongkong meminta perhatian dari pemerintah agar memperbaiki nasib mereka akibat diberlakukannya berbagai macam pungutan yang menguras pendapatan mereka. Aksi tersebut dapat dimaklumi sebagai puncak emosi, karena suara mereka tidak pernah digubris oleh pemerintah, sekalipun pihak DPR RI telah mengingatkannya berulangkali. Terima kasih kepada para pekerja migran atas aksi solidaritas di Hongkong. Terima kasih pula kepada warga Hongkong yang memberikan ruang dan kerjasamanya kepada mereka. Terima kasih untuk mbak Sri Kandi yang telah mengirimkan foto-foto ini melalui Facebook.

0 comments:

Posting Komentar